Teks

Selamat Datang...!!!

Senin, 05 Juli 2010

Program Air Bersih dan Sanitasi


Akses terhadap air bersih dan sanitasi merupakan salah satu fondasi inti dari masyarakat yang sehat, sejahtera dan damai. Hampir 50 persen rumah tangga di wilayah perkotaan dan pedesaan di Indonesia kekurangan layanan-layanan dasar seperti ini. Sistem air bersih dan sanitasi yang baik akan menghasilkan manfaat ekonomi, melindungi lingkungan hidup, dan vital bagi kesehatan manusia.

Masyarakat tidak selalu menyadari pentingnya kebersihan. Praktik-praktik kebersihan yang ada seringkali tidak kondusif bagi kesehatan yang baik, dan kakus tidak dipelihara atau digunakan dengan baik. Tingginya angka kejadian diare, penyakit kulit, penyakit usus dan penyakit-penyakit lain yang berasal dari air di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah tetap menjadi halangan yang seringkali terjadi dalam upaya meningkatkan kesehatan anak secara umum. Selain akses yang buruk terhadap air bersih, kegagalan untuk mendorong perubahan perilaku—khususnya di kalangan keluarga berpenghasilan rendah dan penduduk di daerah kumuh—telah me
mperburuk situasi air bersih dan sanitasi di Indonesia. Sebuah studi Bank Dunia yang disebarluaskan bulan Agustus 2008 menemukan bahwa kurangnya akses terhadap sanitasi menyebabkan biaya finansial dan ekonomi yang berat bagi ekonomi Indonesia, tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi sektor publik dan perdagangan. Sanitasi yang buruk, termasuk kebersihan yang buruk, menyebabkan sedikitnya 120 juta kasus penyakit dan 50.000 kematian dini setiap tahun, dengan dampak ekonominya senilai lebih dari 3,3 miliar dolar AS per tahun.

Sanitasi yang buruk juga menjadi penyumbang signifikan dari polusi air—yang menambah biaya air yang aman bagi rumah tangga
, dan menurunkan produksi perikanan di sungai dan danau. Biaya ekonomi yang terkait dengan polusi air oleh karena sanitasi yang buruk saja telah melampaui 1,5 miliar dolar AS per tahun. Tahun 2006, Indonesia kehilangan 2,3 persen produk domestik bruto yang disebabkan oleh sanitasi dan kebersihan yang buruk. Sepanjang sejarahnya selama 10 tahun di Indonesia, IRD telah berada di garis depan dalam bekerja bersama masyarakat-masyarakat lokal untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur air dan sanitasi, mendidik penduduk mengenai kebersihan yang lebih baik, berkontribusi pada perlindungan lingkungan hidup, dan membantu masyarakat memperoleh pendapatan dari penyediaan layanan-layanan dasar.

Baru-baru ini, Program Restorasi Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan memperbaiki status kesehatan jangka panjang dari ma
syarakat yang terkena dampak tsunami, khususnya perempuan dan anak-anak, di propinsi Aceh melalui kombinasi antara peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi dan pendidikan mengenai praktik-praktik kesehatan dan kebersihan yang baik. Berkolaborasi dengan UNICEF, pihak berwenang setempat, dan perusahaan penyedia layanan publik, IRD telah bekerja untuk menyediakan air bersih kepada lebih dari 300.000 penduduk. Setiap intervensi oleh IRD dimulai dengan melibatkan pemerintah setempat dan tokoh-tokoh masyarakat untuk membangkitkan minat dan kepercayaan pada program serta pemikiran mengenai keberlanjutan program. Para penerima manfaat dari kegiatan IRD dilibatkan secara aktif dalam keseluruhan proses mulai dari perencanaan dan pembangunan hingga penyuluhan mengenai pengoperasian dan pemeliharaan sistem. Hal ini dicapai melalui pembentukan komite air desa, dimana penduduk memutuskan bagaimana cara menggalang sumbangan dari desa terhadap proyek tersebut. Ini biasanya dilakukan dengan menerapkan iuran bulanan dimana setiap rumah tangga menyumbang sejumlah kecil uang selama empat hingga enam bulan. IRD bekerja bersama komite tersebut untuk mengkaryakan dan mengatur kontraktor-kontraktor serta pekerja-pekerja lokal dan menyediakan pelatihan bagi para pekerja untuk membanguna atau merestorasi sistem pasokan air kecil, koneksi ke rumah-rumah, sistem sanitasi dan pembuangan, serta septic tank yang baik.

Sebagian besar pekerjaan tersebut dilakukan secara manual, sehingga mengurangi biaya dan dampak terhadap lingkungan. Instalasi-instalasai pengolahan air dan jaringan-jaringan distribusi air telah menghubungkan sekolah-sekolah dan rumah-rumah ke pasokan air yang berkesinambungan yang sebelumnya tidak ada. Di Aceh, IRD merestorasi dan memperbaiki empat sistem pasokan air besar bagi 197.000 penduduk. Pihak berwenang setempat, PDAM, diberi pelatihan untuk mengoperasikan dan memelihara sarana-sarana ini dengan baik. IRD juga bekerja bersama masyarakat di 20 desa untuk membangun sarana pasokan air dan sanitasi desa yang baik yang akan dijalankan dan dipelihara oleh masyarakat itu sendiri. Selain itu, sarana sanitasi air di 20 sekolah di desa-desa tersebut juga direhabilitasi. IRD melibatkan siswa dan tokoh masyarakat dalam mempromosikan kebersihan yang baik pada saat infrastruktur yang baru telah berfungsi.

Tanpa pemahaman dan kesadaran akan praktik-praktik kebersihan yang baik, perbaikan infrastruktur saja tidak akan cukup untuk memelihara kesehatan dalam jangka panjang. IRD melatih bidan-bidan, baik di puskesmas maupun di tingkat desa, serta kelompok-kelompok perempuan dan komite-komite sanitasi air desa dalam hal metodologi peningkatan kebersihan. IRD melaksanakan program WASH di sekolah-sekolah setempat, melatih guru-guru dan siswa-siswa untuk menjadi pendidik sebaya mengenai prakti-praktik kebersihan yang baik dengan menggunakan metodologi pembelajaran aktif
.

Kamis, 01 Juli 2010

Persiapan ke lapangan


Hari ini kerjaan agak sedikit menguras energi, karena ada persiapan untuk kunjungan ke daerah (Kota Makassar dan Kab. Soppeng) terkait pendampingan daerah dalam menyusun tujuan dan sasaran terukur untuk sektor air minum dan sanitasi.

Selama ini dalam menyusun RPJMD, Pemerintah Daerah Kab. Soppeng agak kesulitan menentukan target/sasaran yang akan dicapai, sehingga dengan adanya Tim Wasap E diharapkan kendala tersebut dapat segera teratasi terutama untuk menentukan tujuan dan sasaran terukur sektor air minum dan sanitasi.

Selasa, 29 Juni 2010

UNICEF: KEKURANGAN AIR BERSIH PENGARUHI KESEHATAN, KEMAMPUAN BELAJAR ANAK


Banyak sekolah di negara miskin kekurangan instalasi kebersihan dan air yang layak, sehingga mempengaruhi pendidikan anak dan bahkan merenggut jiwa, demikian peringatan Dana Anak PBB (UNICEF) di dalam satu laporan baru, Senin.

"Jutaan anak di dunia berkembang pergi ke sekolah yang tak memiliki air minum atau kakus bersih --kebutuhan dasar yang oleh banyak kita jadikan jaminan," kata Direktur Regional bagi Timur Tengah dan Afrika Utara di lembaga itu,Sigrid Kaag saat laporan diluncurkan tersebut, Senin, di Dubai.

Menurut laporan itu, yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) dan organisasi mitra swadaya , 1,5 juta anak yang berusia di bawah lima tahun meninggal setiap tahun akibat diare karena air yang tidak aman, kebersihan yang tak layak dan kekurangan kesehatan.



Kesehatan, kebersihan dan air yang lebih baik --yang secara kolektif dikenal sebagai WASH-- dapat mengubah kecenderungan hampir 300 juta hari sekolah yang hilang di seluruh dunia akibat diare, katanya.

Kesehatan yang membaik akan mengarah kepada berkurangnya risiko penyebaran penyakit, yang pada gilirannya akan menghasilkan peningkatan kehadiran siswa di sekolah dan akhirnya pertumbuhan ekonomi negara.

WASH juga meningkatkan berlanjutnya pendidikan anak perempuan, demikian antara lain isi pernyataan itu, yang berjudul "Raising Clean Hands: Advancing Learning, Health and Participation through WASH in Schools".

Kaag menyatakan bahwa peningkatan kebersihan di sekolah akan membantu tercapainya Sasaran Pembangunan Milenium (MDGs), terutama sasaran berkurangnya kematian anak dan pemangkasan proporsi orang yang tak memiliki akses ke air berseih dan sanitasi dasar.

Penyediaan WASH di sekolah, kata laporan itu, akan memerlukan keterlibatan semua lapisan masyarakat, termasuk masyarakat, media, siswa dan sektor swasta.

Senin, 28 Juni 2010

Masalah Air Bersih

Air merupakan unsur utama bagi hidup kita di planet ini. Kita mampu bertahan hidup tanpa makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air kita akan mati dalam beberapa hari saja. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern kita, air juga merupakan hal utama untuk budidaya pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik, dan transportasi.

Pengadaan air bersih di Indonesia khususnya untuk skala yang besar masih terpusat di daerah perkotaan, dan dikelola oleh Perusahan Air Minum (PAM) kota yang bersangkutan. Namun demikian secara nasional jumlahnya masih belum mencukupi dan dapat dikatakan relatif kecil yakni 16,08 % ( Supas 1995). Untuk daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih dari PAM umumnya mereka menggunakan air tanah (sumur), air sungai, air hujan, air sumber (mata air) dan lainnya. Dari hasil survey penduduk antar sensus (SUPAS) 1995, prosentasi banyaknya rumah tangga dan sumber air minum yang digunakan di berbagai daerah di Indonesia sangat bervariasi tergantung dari kondisi geografisnya.

Masalah air bersih yang memenuhi syarat kesehatan tidak hanya dialami oleh masyarakat umum, tetapai juga sering dialami oleh masyarakat industri khususnya industri kecil dan menengah yang bergerak di dalam industri proses khususnya proses pengolahan makanan dan minuman serta proses yang berhubungan dengan senyawa kimia. Masalah air bersih yang kurang memenuhi syarat tersebut sangat berpengarauh terhadap kualitas produk. Sebagai contoh di dalam industri makanan dan minuman jika air yang digunakan kurang baik maka produk yang dihasilkan juga kurang baik, apalagi jika air yang digunakan tidak steril maka produk yang dihasilkan dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen yang mana dapat membahayakan konsumen.